Minggu, 21 Februari 2010

Mendadak Bisa Bicara Aksen Bahasa Asing, Ciri Penderita FAS

Bingung, begitulah kebanyakan reaksi penderita foreign accent syndrome (FAS) atau sindrom aksen bahasa asing. Mendadak dirinya bisa berbicara dengan aksen bahasa asing padahal selama ini tidak pernah tahu gaya bahasa seperti itu.

Orang yang mendengarnya pun bakal ikut kebingungan kenapa suami, istri, anak atau sahabat terdekatnya tiba-tiba berbicara dengan aksen negara yang sama sekali belum pernah dikunjungi atau didengarnya.

Jangan bingung dulu, karena memang ada penyakit FAS ini. FAS ini terjadi karena adanya gangguan otak yang sangat jarang terjadi yang menyebabkan penderitanya bisa berbicara seolah-olah dirinya berasal dari negara asing itu.

Penyebabnya bisa karena luka di kepala atau pernah mengalami stroke. Namun ada juga yang melaporkan penyebab lainnya akibat multiple sclerosis dan kelainan lain yang dalam beberapa kasus penyebabnya tidak jelas teridentifikasi.

Seperti yang dialami perempuan bernama CindyLou Romberg yang tiba-tiba gaya bicaranya terdengar seperti berasal dari sejumlah negara eksotis di dunia.

Kadang-kadang ia bisa berbicara bahasa Rusia, Jerman atau menggunakan bahasa Swedia. Padahal dirinya tidak pernah meninggalkan kota kelahirannya di Port Angeles, Washington atau mempelajari bahasa-bahasa asing tersebut.

Dokter menyebut hal yang dialami oleh Romberg ini sebagai Foreign Accent Syndrome (FAS). Hal yang terjadi pada Romberg diduga berhubungan dengan kecelakaan yang dialaminya tahun 1981.

Saat itu Romberg mengalami depresi patah tulang tengkorak akibat jatuh dari truk yang sedang bergerak. Setelah pulih dari cedera otak yang parah, dirinya berusaha untuk bisa berbicara secara normal selama 2 tahun dan sempat kehilangan suara selama beberapa hari. Ketika suaranya sudah kembali, ia memiliki FAS tersebut.

"Kemungkinan ia mengalami episode kecil penurunan suplai darah ke otak selama proses penyembuhannya untuk menghindari cedera tambahan, hal ini menyebabkan dirinya mengalami FAS," ujar ahli saraf Julius Fridriksson, seperti dikutip dari ABCNews, Senin (22/2/2010).

Fridriksson mengatakan FAS bisa berasal dari sebuah trauma atau benturan yang terjadi di bagian otak sebelah kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan seseorang berbicara.

Secara medis tidak ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, hanya saja penderita bisa berbicara menggunakan bahasa asing tanpa pernah berkunjung atau mempelajari bahasa tersebut.

"Bagaimanapun kondisinya saya tetap merindukan suara saya yang dulu, suara yang telah bersama saya selama 49 tahun dan telah menjadi bagian dari diri saya. Tapi kini hal yang terpenting adalah saya sehat dan masih bisa beraktivitas dengan baik," ujar Romberg.

Ucapan yang dikeluarkan oleh penderita FAS dapat berubah dalam beberapa waktu, perubahan intonasi dan penempatan lidah yang berbeda sehingga terdengar asing. Ucapan yang dikeluarkannya tetap bisa dimengerti meski tidak selalu terdengar teratur.

Kasus FAS yang telah didokumentasikan di seluruh dunia berbeda-beda, ada yang berubah dari aksen Jepang ke Korea, Inggris ke bahasa Perancis atau bahasa Spanyol ke bahasa Hungaria.

Beberapa perubahan gaya bicara yang umum terkait dengan FAS meliputi:

1. Kesalahan berbicaranya bisa diprediksi.
2. Adanya penggantian, penghapusan atau distorsi dari huruf konsonan.
3. Kesalahan dalam pengucapan misalnya 'bike' menjadi 'pike'.
4. Adanya distorsi, perpanjangan atau subtitusi dari huruf vokal.
5. Bermasalah dengan gugus konsonan.
6. Menggunakan kata 'uh' ketika menyisipkan kata-kata.


Untuk mendeteksi gangguan FAS ini harus melibatkan ahli saraf (untuk mendeteksi adanya cacat neurologis), radiolog (untuk mendeteksi cedera, fungsi, struktur atau sirkulasi darah di otak), psikolog (untuk mempelajari dan menganalisis psikologis pasien) serta patolog bicara (untuk menilai cara membaca, menulis dan bahasa pasien). Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik lengkap mulai dari mulut seperti gerakan rahang, lidah dan bibir.

Hingga kini belum ada obat yang bisa digunakan untuk mengobati FAS, tapi terapi berbicara telah menunjukkan beberapa perbaikan pada diri pasien. Perawatan yang dilakukan bagi pasien FAS bertujuan untuk mengurangi aksen asing sehingga bisa berbicara normal lagi.(ver/ir) sumber: detik

Kamis, 11 Februari 2010

Anak Nakal Jadi Presiden: Viktor Y


Viktor sering diplesetkan menjadi Pikiran Kotor. Tapi kali ini Anak bernama Viktor yang terkenal nakal, sekarang menjadi presiden. It's Great!

Ketika pengadilan Ukraina membatalkan sejumlah besar perolehan suara Viktor Yanukovich pada pemilihan umum 2004 karena dianggap sebagai hasil kecurangan, dunia mencatat Revolusi Oranye yang dikumandangkan di Ukraina berhasil menggeser orientasi negara bekas bagian Uni Soviet itu menuju pro-Barat.

Akan tetapi, lima tahun setelah revolusi tersebut, target Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa tidak juga tercapai. Bahkan, lebih buruk dari itu, pemerintahan pro-Barat Presiden Viktor Yushchenko dan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko tidak mampu membawa warga Ukraina keluar dari derita ekonomi. Pada 2009, ekonomi Ukraina menyusut sekitar 15 persen dengan tingkat inflasi mencapai 16,4 persen akibat imbas krisis ekonomi global.

Fakta selama lima tahun pemerintahan pro-Barat juga menunjukkan, Ukraina tetap mempunyai ketergantungan tinggi terhadap Rusia, baik dalam hal ekspor maupun impor, terlebih lagi kebutuhan bahan bakar dan gas. Meskipun Yushchenko pro-Barat, pada kenyataannya negara-negara Barat pun tidak mudah menerima sebuah negara baru menjadi bagian dari ”keluarga” mereka.

Dalam kondisi seperti itulah sosok Viktor Fyodorovich Yanukovich, yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin oposisi pasca-kekalahan oleh Revolusi Oranye, menjadi pilihan warga Ukraina. Mantan perdana menteri Ukraina yang juga pernah dipenjarakan pada era Soviet itu adalah seorang bapak dua anak yang memiliki kegemaran beternak burung merpati dan bermain tenis.

Yanukovich lahir dari sebuah keluarga kelas pekerja di Donetsk, wilayah penambangan batu bara di Ukraina. Sejak kecil dia berbahasa Rusia dan mendalami teknik-mekanik melalui latihan-latihan dan kuliah jarak jauh dari Institut Politeknik Donetsk.

Masa kecil yang sulit

Yanukovich adalah tipikal anak kelas pekerja yang tidak gampang untuk bisa bersekolah tinggi. Ibunya adalah seorang perawat dari etnis Ukraina, tetapi belum banyak dikenalnya karena meninggal dunia ketika Yanukovich berusia dua tahun.

Ketika tumbuh remaja, dia juga ditinggal ayahnya sehingga Yanukovich kemudian tinggal bersama neneknya. Dia selalu menganggap dirinya seorang Ukraina. ”Masa kecil saya sangat sulit dan sering kelaparan. Saya tumbuh tanpa seorang ibu, yang meninggal ketika saya berusia dua tahun. Saya pergi ke mana-mana bertelanjang kaki. Setiap hari saya berjuang untuk hidup saya,” ujarnya mengenang masa kecilnya.

Pada usia 17 tahun, 15 Desember 1967, Yanukovich dihukum penjara 3 tahun karena terlibat dalam perampokan dan penyerangan ringan. Dia menjalani hukuman di penjara Kremenchuk, tetapi kemudian dibebaskan setelah 7 bulan karena berperilaku baik. Yanukovich juga pernah dipenjara 2 tahun pada 1970 karena pencurian dan kekerasan. Namun, pada 27 Desember 1978, pengadilan wilayah Donetsk menghapus catatan kriminalnya itu. Yanukovich sendiri menyebut kejahatan-kejahatan yang membuat dia diadili itu adalah ”kesalahan-kesalahan masa muda”.

Dia memasuki dunia kerja sebagai manajer transportasi di industri penambangan batu bara. Posisinya itu kemudian mengantar dia menjadi anggota Partai Komunis Uni Soviet. Sejak itulah jalan baginya untuk berkarier politik pun terbuka.

Menyadari berbagai kekurangannya, Yanukovich rajin untuk terus belajar dan menimba ilmu. Hasilnya, pada 2001 dia lulus dari Akademi Perdagangan Luar Negeri, Ukraina, dengan gelar master di bidang hukum internasional. Belakangan dia juga dianugerahi gelar doktor dan kemudian profesor.

”Penjahat politik”

Ketika pemilu tahun 2004 diselenggarakan, Yanukovich, yang ketika itu adalah calon terkuat, secara drastis berbalik posisinya menjadi ”penjahat politik” gara-gara pemimpin Rusia ketika itu, Vladimir Putin, memberikan selamat kepadanya, padahal komisi pemilu Ukraina belum mengumumkan siapa pemenangnya.

Ungkapan selamat dari Rusia itu langsung membuat para pengamat internasional meyakini bahwa dalam pemilu tersebut terjadi kecurangan yang menguntungkan Yanukovich. Apalagi, negara-negara Barat, ketika itu, sangat ingin Ukraina dipimpin tokoh yang lebih pro-Barat ketimbang pro-Rusia. Hasilnya, Yanukovich dinyatakan kalah dalam pemilu yang dimenangi Yushchenko itu.

Sejak itulah Yanukovich, pemimpin partai oposisi yang sangat berpengaruh, Party of Regions (sejak 1997 sampai sekarang), sangat berhati-hati dalam memperlihatkan hubungannya dengan Rusia. Dia menyatakan mendukung sebuah negara Ukraina yang kuat, independen, dan netral. ”Saya telah melakukan segala hal untuk menghentikan kegilaan ini selama lima tahun terakhir. Tujuan apa yang disebut Revolusi Oranye adalah untuk melemahkan Rusia, tetapi tidak menguatkan negara kita,” katanya dalam wawancara televisi baru-baru ini.

Meskipun dikalahkan Yushchenko, Yanukovich tidak pernah dendam terhadap rival politiknya itu. Dia menerima posisi sebagai perdana menteri, mendampingi Yushchenko sebagai presiden pada 4 Agustus 2006, meskipun kemudian dia mundur lagi pada 18 Desember 2007 seiring dengan kekalahan partainya dalam pemilu sela.

Yanukovich menolak keinginan sejumlah pendukung Revolusi Oranye agar Ukraina menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Meskipun demikian, dia juga menyerukan agar Ukraina meningkatkan hubungan dengan Uni Eropa.

”Saya rasa kita harus bersatu memerangi krisis dan kemiskinan. Kemiskinan berat yang diderita jutaan rakyat Ukraina adalah musuh sesungguhnya Ukraina,” ujarnya pada awal 2010, seperti dikutip Al Jazeera.

Yanukovich pun tidak mau lagi mengulangi kesalahan pada 2004. Dia menggunakan konsultan politik AS, Paul Manafort, yang banyak mendukung sukses kandidat Partai Republik untuk memperbaiki citranya sekaligus menyusun strategi kampanye yang jitu. Dia tidak mau lagi menang dengan cara yang curang.

Hasilnya, para pengamat internasional pun memuji pemilu Ukraina 2010 sebagai pemilu yang baik, transparan, dan bersih. Itu adalah legitimasi yang kuat buat Yanukovich meskipun kubu lawannya, Tymoshenko, terus berusaha meniup-niupkan adanya kecurangan yang dilakukan kubu Yanukovich. (Reuters/AP)

Kompas Jumat, 12 Februari 2010 | 03:33 WIB, Rakaryan Sukarjaputra